banner 728x250

18 Tahun Mengabdi, Kini Ramlan Dipanggil Negara dan Disambut Sebagai Tamu Allah

banner 120x600
banner 468x60

LINGGA, JEBAT.ID – Tak semua orang sanggup berdiri tegak dalam ketidakpastian selama hampir dua dekade. Tapi Ramlan, pria bersahaja dari Kabupaten Lingga, memilih jalan itu: bertahan, bekerja, dan berdoa, meski statusnya sebagai tenaga honorer tak kunjung berubah. Selama 18 tahun, ia mengabdi di Kementerian Agama Kabupaten Lingga—dalam senyap, dalam sunyi, tapi tidak pernah kehilangan harapan.

Kini, doa dan usahanya membuahkan hasil. Pada akhir 2024, Ramlan dinyatakan lulus sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Dan pada 26 Mei 2025, ia akan menerima Surat Keputusan (SK) pengangkatan resmi. Bagi sebagian orang, ini mungkin sekadar perubahan status pekerjaan. Tapi bagi Ramlan, ini adalah titik balik dari perjuangan panjang penuh liku yang selama ini ia tempuh dengan kepala tegak.

“Saya syukuri semua prosesnya. Ini bukan hal instan. Saya lalui tahun demi tahun dengan banyak tanya, tapi juga dengan banyak doa,” ujarnya pelan, menahan air mata yang akhirnya tumpah juga.

Yang lebih menyentuh, Ramlan telah mencicil mimpi lain yang bahkan lebih besar: menjadi tamu Allah di Tanah Suci. Pada tahun 2015, sepuluh tahun setelah pertama kali diangkat sebagai tenaga honorer, ia memutuskan mendaftar haji. Saat itu, gajinya tak sampai menyentuh angka tiga juta rupiah. Tapi ia memilih percaya, bahwa takdir baik akan datang kepada mereka yang berani menjemputnya.

“Waktu itu saya hanya berpikir, kalau tidak mulai menabung sekarang, entah kapan saya bisa ke Mekah. Saya jalan sendiri dulu, insya Allah nanti bisa ajak keluarga,” tuturnya. Tidak ada sponsor, tidak ada bantuan. Hanya tabungan kecil yang dikumpulkan sedikit demi sedikit, dari gaji yang pas-pasan, bahkan sering telat turun.

Baca juga :   HNSI Kabupaten Lingga Siap Dukung Investasi Legal Demi Perbaikan Ekonomi Daerah

Ramlan tak pernah punya banyak, tapi ia selalu cukup. Hidupnya sederhana, pengeluarannya minim, tapi semangatnya besar. Ia tak pernah memaksakan diri bergaya seperti orang lain. Baginya, hidup bukan soal berapa banyak yang dimiliki, tapi seberapa besar keberanian untuk bermimpi dan sekuat apa tekad untuk mengejarnya.

Selama 18 tahun, Ramlan melayani masyarakat sebagai bagian dari instansi keagamaan. Di balik meja administrasi, ia mengurus dokumen, membantu urusan masyarakat, hingga pekerjaan teknis yang sering tak terlihat. Meski tak bergaji besar, ia tak pernah menghitung lelah. Baginya, bekerja di Kementerian Agama bukan sekadar mencari nafkah, tapi bentuk ibadah.

“Saya selalu tanamkan dalam hati, meski belum PNS atau PPPK, saya harus kerja sebaik mungkin. Karena Tuhan tidak menilai status, tapi niat dan usaha kita,” ujarnya.

Ketika teman-teman seangkatannya satu per satu lolos CPNS atau pindah ke pekerjaan lain, Ramlan tetap bertahan. Bukan karena tidak mampu mencari yang lain, tapi karena ia percaya: tempat terbaik bukan yang paling bergengsi, tapi yang paling memberi makna.

Kini, ketika statusnya resmi berubah menjadi PPPK, Ramlan tak ingin euforia semata. Ia lebih ingin menjadi teladan bagi banyak orang—terutama rekan-rekannya yang masih berstatus honorer, masih terus berjuang di tengah ketidakpastian. Ia ingin menunjukkan, bahwa keikhlasan dan kesabaran tidak akan sia-sia.

“Saya tahu banyak teman-teman yang mulai lelah. Tapi percayalah, kalau kita ikhlas dan tetap kerja baik, waktunya akan datang. Mungkin bukan sekarang, tapi nanti. Tuhan itu tidak tidur,” katanya, penuh keyakinan.

Ia juga berharap bisa membawa pengaruh positif bagi anak-anak muda, yang kadang ingin segalanya serba cepat dan instan. Menurut Ramlan, proses panjang justru mendewasakan. Dan ketika hasil itu datang, rasanya akan jauh lebih bermakna.

Baca juga :   Suasana Haru Warnai Pisah Sambut Kapolres Karimun

Di usia 40-an, Ramlan mungkin tak punya rumah besar atau kendaraan mewah. Tapi ia punya sesuatu yang tak semua orang miliki: kedamaian hati, keteguhan prinsip, dan mimpi yang kini satu per satu menjadi nyata. Ia telah menjadi ASN. Ia telah mendaftar haji. Dan lebih dari itu, ia telah membuktikan bahwa pengabdian yang tulus, cepat atau lambat, akan menemukan jalannya sendiri menuju penghargaan.

“Jangan berhenti berharap. Selama kita ikhlas bekerja, hasil itu pasti datang,” ujarnya menutup pembicaraan dengan senyum lebar—bukan senyum karena keberuntungan, tapi karena perjuangan.

(Zaid Lingga/Adhe Bakong)

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *