banner 728x250

Ketika Bhayangkara Menabur Benih: “Sebait Kisah dari Ladang Lingga”

banner 120x600
banner 468x60

‎‎LINGGA, JEBAT.ID – Di tanah permai nan subur, di antara gugusan pulau yang bersemayam di selatan Kepulauan Riau, sebuah kisah kebangkitan bergulir pelan tapi pasti. Di desa Bukit Belah, tempat angin bertiup sejuk dan matahari menimpa lembut dedaunan, harapan tumbuh di atas tanah yang lama tertidur.

‎Adalah sosok bernama AKBP Pahala Martua Nababan, S.H., S.I.K., M.H., sang Kapolres Lingga yang tak hendak duduk berpangku tangan di balik kursi kekuasaan. Ia menjejakkan kaki ke bumi rakyat, menggandeng tangan petani, dan menggugah tanah pertiwi untuk kembali bernafas. Sebanyak 30 hektare lahan tidur dihidupkan kembali, menjelma menjadi ladang jagung pipil yang kelak diharapkan menjadi nadi kehidupan baru bagi anak negeri.

‎“Ketahanan pangan adalah tiang seri bangsa, tempat rakyat bersandar saat gelombang badai melanda,” ucap sang perwira, tegas namun bersahaja, di tengah semilir angin ladang pada Sabtu pagi (8/8/2025).

‎Lahan yang digarap adalah milik Bapak Sahari, seorang warga yang telah lama menyimpan asa agar tanahnya kembali berdaya guna. Dari 30 hektare yang dirancang, 10 hektare telah dibuka dan mulai digarap. Di antaranya, 4 hektare telah ditanami benih jagung unggulan, sementara sisanya disiapkan dengan metode tanam baris yang menjaga kelestarian tanah. 20 hektare lainnya akan menyusul, bagai anak tangga menuju kemakmuran yang dibangun setahap demi setahap.

‎Namun inisiatif ini bukan sekadar seremonial atau pencitraan belaka. Polres Lingga benar-benar hadir di tengah rakyat, turun ke tanah, menggenggam cangkul, membagikan pupuk, serta mendampingi petani dalam setiap detak perjuangan mereka.

‎“Janganlah lagi kita melihat polisi hanya dalam rupa pengaman dan penegak hukum, karena kini kami juga ingin menjadi penabur benih, pemelihara harapan, dan penjaga kelangsungan hidup,” ujar AKBP Pahala dengan pandangan yang menyapu hamparan ladang.

Baca juga :   Sepotong Gergaji, Sekeping Rencana: Pelarian Rusliansyah Berakhir di Pelukan Polisi

‎Langkah ini dilandasi oleh keprihatinan akan krisis pangan global yang semakin nyata. Dunia kian resah, sementara negeri ini punya anugerah tanah yang belum seluruhnya terjamah. Maka, semangat gotong royong pun dihidupkan kembali antara polisi, pemerintah daerah, kelompok tani, dan masyarakat luas, semua menyatu dalam satu barisan: membangun ketahanan pangan dari akar rumput.

‎Lebih dari itu, program ini membuka peluang kerja baru, menghidupkan denyut ekonomi desa, dan menjanjikan masa depan yang lebih sejahtera bagi para petani. Tiada lagi lahan yang ditinggalkan, tiada lagi tanah yang dibiarkan sunyi.

‎“Ketahanan pangan bukan amanah segelintir lembaga, melainkan tanggung jawab segenap anak bangsa. Maka biarlah kami di Polri, turut memanggul beban ini bersama rakyat,” ucap sang Kapolres yang dikenal humble ini.

‎Langkah yang ditempuh oleh AKBP Pahala Martua Nababan dan jajarannya bukan langkah sehari dua. Ini adalah ikrar jangka panjang, sebuah pengabdian yang tak akan putus sebelum ladang terakhir ditanami, sebelum jagung menguning dan senyum petani merekah.

‎Dan dari tanah Lingga yang hijau dan ramah, kisah ini semoga bergema ke seluruh penjuru tanah air bahwa dengan semangat kebersamaan, lahan tidur bisa menjadi lumbung pangan, dan polisi bisa menjadi pelindung sekaligus pembangun.

‎Inilah jejak langkah seorang Bhayangkara, yang tak hanya menegakkan hukum, tapi juga menyemai kehidupan, demi Indonesia yang mandiri, berdaulat, dan sejahtera.

‎(Adhe Bakong)

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *