JEBAT.ID,LINGGA – Masyarakat Desa Bakong masih terjebak dalam kekecewaan mendalam akibat janji-janji politik yang tidak pernah ditepati. Janji-janji manis yang diucapkan oleh Awe pada Pemilu 2016 seakan hanya hiasan di mulut, sementara realitas yang dihadapi warga jauh dari harapan. Dengan dukungan hampir 80% dari masyarakat, Awe berkomitmen untuk memperbaiki jalan penghubung antara Pasir Bulan dan Tanjung Baru, sebuah akses vital yang sangat dinantikan. Namun, janji itu menguap begitu saja, meninggalkan luka yang membekas dalam ingatan warga.
“sebetulnya Pada Pilkada silam, sebagian besar dari kami mendukung Harlianto, namun Pak Awe datang dengan sekarung janji yang ternyata hanya janji kosong. Alat berat memang sempat diturunkan, tapi setelah pencoblosan, alat-alat itu raib entah ke mana, dan jalan yang kami nanti-nantikan tak kunjung selesai,” ungkap tokoh masyarakat berinisial JL, dengan nada penuh kekecewaan. Rasa marah dan frustrasi semakin menguat seiring waktu, mengingat harapan yang pernah dipupuk kini hancur lebur.
Kekecewaan ini tidak hanya terarah pada Awe, tetapi juga kepada Neko Wesha Paweloy, putra Awe yang lebih dikenal dengan nama Neko. Meski pernah menjabat sebagai Wakil Bupati dan Ketua LPTQ Kabupaten, banyak yang menilai kontribusi Neko di Desa Bakong sangat minim. Di tengah harapan untuk melihat perubahan nyata, Neko dianggap gagal mengangkat potensi lokal, terutama dalam mendukung pendidikan bagi para Hafidz-Hafidzah. Rasa frustrasi warga kian meningkat saat melihat kesempatan yang ada tidak dimanfaatkan dengan baik.
Namun, di tengah bayang-bayang kekecewaan, ada cahaya harapan baru. Muhammad Nizar, pemimpin saat ini, mulai membuktikan komitmennya dengan menunaikan janji perbaikan jalan yang lama terbengkalai. Dia tidak hanya hadir dengan retorika, tetapi juga dengan tindakan nyata. Masyarakat menyambut baik langkah Nizar yang aktif dalam program beasiswa bagi Hafidz-Hafidzah, sebuah langkah yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama di Bakong.
“Pak Nizar tidak sekadar berbicara, tetapi ia bergerak nyata. Dukungan untuk anak-anak penghafal Al-Qur’an ini adalah contoh konkret, berbeda jauh dengan janji-janji kosong yang kami terima di masa lalu,” tegas tokoh masyarakat desa bakong tersebut.
Setiap langkah Nizar untuk memperbaiki infrastruktur dan mendukung pendidikan agama mendapat apresiasi hangat dari masyarakat yang telah lama mendambakan perubahan.
Meskipun perbaikan jalan dan dukungan pendidikan berjalan, warga berharap progres yang lebih cepat dan berkelanjutan. Namun, keberanian Nizar untuk tidak mengulangi kesalahan pendahulunya memberi secercah harapan baru bagi masyarakat. Warga Bakong kini menantikan agar komitmen Nizar terus berlanjut, menjadi pelajaran bagi pemimpin masa depan: jangan hanya sekadar berbicara, tetapi buktikan dengan tindakan nyata untuk kesejahteraan rakyat.
(Adhe)