JEBAT.ID,LINGGA – Salah satu tradisi yang sudah sangat mengakar dalam masyarakat di Kabupaten Lingga ketika datangnya bulan muharram yakni tradisi Perayaan hari Asyura. Desa Bakong, Kecamatan Singkep barat, Kabupaten Lingga merupakan salah satu desa yang terus merawat dan melestarikan tradisi ini saban tahun.
Masyarakat disini memaknai bulan Muharram dengan melakukan serangkaian kegiatan seperti memasak bubur dan manisan lainnya kemudian berkumpul di Masjid untuk memanjatkan do’a serta harapan yang baik dan ditutup dengan kegiatan makan bersama.
kegiatan ini secara umum juga dimaknai sebagai wujud rasa syukur kepada Allah swt oleh masyarakat setempat.
Haji Ismail,salah satu emuka agama desa itu menjelaskan bahwa masyarakat Bakong selalu berusaha menjaga nilai-nilai keagamaan dan tradisi yang sudah ada sejak dahulu.
“saban tahun,setiap 10 Muharam kita selalu berkumpul bersama-sama, berdo’a memanjatkan harapan yang baik kepada sang Khaliq”.ungkap Ismail.
Pria yang akrab di sapa Ma’eng ini juga menjelaskan, selalu ada nilai-nilai luhur dan kebajikan yang telah dijalankan orang-orang terdahulu dan kita ditugaskan untuk selalu menjaga serta melestarikannya.
“Banyak kebaikan dan hikmah yang bisa kita petik dari Peringatan Hari Asyura ini seperti cerita Nabi Nuh as, nabi yang dikenal membuat bahtera atau perahu besar untuk menghindari banjir bandang,” ulasnya.
Ismail menyebutkan terkait dengan sejarah bubur Asyura bahwa setelah Nabi Nuh as dan para pengikut beliau turun dari kapal, mereka mengadu kepada Nabi Nuh bahwa mereka dalam keadaan lapar sedangkan bekal mereka sudah habis.
Maka Nabi Nuh as memerintahkan mereka untuk membawa sisa perbekalan yang mereka miliki. Maka ada dari mereka yang hanya memiliki satu genggam gandum, ada yang hanya memiliki sisa satu genggam kacang adas, ada yang hanya memiliki satu genggam kacang dan ada yang membawa satu genggam kacang homs sehingga ada tujuh jenis biji-bijian yang terkumpulkan.
“Kemudian Nabi Nuh as memasak semuanya dalam satu masakan sehingga jadilah makanan sejenis bubur. Mereka makan bubur tersebut dan mencukupi untuk mengenyangkan semua pengikut beliau,” jelas Ismail.
(Adhe Bakong )