banner 728x250

Seksinya Pilkada Lingga (Ajang pertarungan guru dan murid)

banner 120x600
banner 468x60

Sesuai dengan jadwal tahapan pendaftaran pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Lingga dari tanggal 27 – 29 Agustus 2024, tampaknya ada hal sangat menarik dan menggoda dari pasangan calon yang mendaftar untuk disimak dan diperbincangkan.

Hari pertama pembukaan pendaftaran di kantor KPU Lingga, M. Nizar, S.Sos berpasangan dengan Ir Novrizal, ST, M.IP mendaftarkan diri yang diusung sebanyak 

7 partai politik yaitu Partai Nasdem, Partai Golkar, Partai Demokrat, PKS, PKB, Partai Gerindra dan Partai Gelora. Tagline dari pasangan ini adalah “Lingga Bersinar”.

Seperti diketahui M. Nizar, S.Sos sendiri adalah Bupati Lingga periode 2020-2024. Sebelumnya beliau pernah menjabat sebagai Ketua DPRD Kabupaten Lingga dan Wakil Bupati Lingga periode 2015-2020 dengan Bupati kala itu adalah Alias Wello (Awe). Sedangkan pasangannya Ir Novrizal, ST, M.IP. Beliau adalah ASN aktif yang mengundurkan diri sebagai PNS dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kabupaten Lingga. 

Pasca diterbitkannya putusan Mahkamah Konstitusi No 60/PUU-XXII/2024 dan No. 70/PUU-XXII/2024. serta dibatalkannya pengesahan revisi UU Pilkada membuka ruang dan peluang bagi pasangan calon yang diusung oleh partai politik atau gabungan partai politik yang tidak memiliki kursi di parlemen. 

Pada putusan MK No.60/PUU-XXII/2024, Partai politik atau gabungan partai politik yang tidak memiliki kursi di DPRD Kabupaten/Kota dapat mendaftarkan calon kepala daerah. Hal ini terlihat pada Pasal 40 ayat (3) yang mengatur partai politik atau gabungan partai politik yang tidak memiliki kursi di DPRD Kabupaten/Kota dapat mendaftarkan calon Bupati dan calon Wakil Bupati atau calon Walikota dan calon Wakil Walikota.

Salah satu ketentuannya adalah pada poin pertama menjelaskan Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk yang termuat dalam DPT sampai dengan 250 ribu jiwa, partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu harus memperoleh suara sah paling sedikit 10 persen di kabupaten/kota tersebut.

Dengan adanya ketentuan poin diatas, maka memberikan ruang dan peluang bagi partai Perindo yang memperoleh 2 kursi di parlemen Lingga, dengan raihan suara sah sebanyak 6.667 suara. Dengan jumlah suara sah pada Pileg yang lalu sebesar 59.268 suara, jika dibagi 10% maka hasilnya adalah 5.927,8 suara. Dari hasil ini sudah dapat memenuhi syarat bagi Partai Perindo untuk mengusung pasangan calon. 

Dihari terakhir jadwal pendaftaran, malam harinya Alias Wello yang akrab disapa Awe berpasangan dengan Muhammad Ishak, mendaftarkan diri sebagai pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Lingga yang diusung oleh Partai Perindo dan PDIP. Perindo dan PDIP masing-masing mempunyai 2 kursi di parlemen Lingga serta didukung oleh partai PAN dan Hanura yang tidak mendapatkan kursi.

Awe adalah sosok politikus yang telah banyak malang melintang di dunia politik. Sebagian karir politik yang pernah dijabat beliau adalah sebagai Ketua DPRD Lingga, dan terakhir Bupati Lingga periode 2015-2020. Terakhir beliau menghantarkan Nizar berpasangan dengan Neko Wesha Pawelloy sebagai Bupati dan Wakil Bupati terpilih pada Pilkada tahun 2020 yang lalu. 

Ir. Muhammad Ishak, MM sebagai pasangan Awe, adalah seorang mantan birokrat Lingga yang karirnya bermula sebagai Camat Lingga, pernah menjabat Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kepala Beppeda. Beliau juga pernah menjabat sebagai Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Kepulauan Riau Kabupaten Lingga.

Ini adalah sejarah Pilkada pertama di Lingga bahkan mungkin saja di Indonesia. Pertarungan antara murid dan guru dalam memperebutkan orang nomor satu di Lingga. Sangat menarik untuk diperbincangkan dan sangat menggoda untuk dikupas. 

Sebagaimana diketahui bahwa besarnya seorang Nizar tidak terlepas dari tangan dinginnya sosok Awe. Diawali bergabung dalam Partai Nasdem, lalu terpilih menjadi anggota DPRD Lingga, Ketua DPRD Lingga. Wakil Bupati Lingga dan terakhir sebagai Bupati Lingga. Inilah raihan prestasi seorang Nizar dalam karir politiknya yang begitu dahsyat. Tidaklah berlebihan bila sebagian masyarakat menilai Awe adalah guru pilitiknya Nizar. Dan dibeberapa kesempatan Nizar sendiri pernah mengatakan bahwa Awe adalah senior dan suhu politiknya.

Sebagai seorang petahana, tentu Nizar berusaha keras untuk mempertahankan posisinya. Berbekal ilmu yang diturunkan sang guru serta pengalaman yang ada serta dengan didampingi oleh 7 pendekar (parpol) pengusung. Tentu beberapa jurus andalan telah dipersiapkan sejak awal dalam mengikuti Pilkada Lingga 2024. Rasa optimis menjadi dasar yang kuat untuk dapat memenangkan pertarungan. 

Optimis? ya mamang harus tetap optimis, karena berkaca dari pengalaman selama perjalanan perhelatan penyelenggaraan Pilkada di Lingga, petahana selalu dapat memenangkan pertarungan. Apakah kali ini akan terjadi lagi pada Pilkada Lingga 2024? Ya kita lihat aja, tergantung siapa pasangannya dan lawannya siapa. Begitulah cakap salah seorang masyarakat Lingga. Siapa yang banyak duitnya lah , celetuk teman yang disebelah.

Lalu bagaimana dengan sang guru? Biasanya di dalam dunia persilatan sosok seorang guru selalu senantiasa dihormati dan dipatuhi oleh sang murid. Dari sekian banyak muridnya, selalu ada murid yang paling disayangi dan dihandalkan oleh gurunya. Bahkan tidak segan-segan akan menurunkan segala ilmunya kepada murid tersebut. Apakah Awe sosok guru seperti itu? Hanya Awe sendiri yang bisa menjawabnya.

Strategi dan jurus-jurus apa yang akan dimainkan dari masing-masing petarung ini. Tentu jurus-jurus tersebut harus tersirat dan tertuang dalam narasi visi dan misi serta program-program sebagai syarat mutlak bagi pasangan calon. Sampai sejauh mana daya tarik visi misi dan program tersebut untuk ditawarkan, sehingga publik dapat menerima dan tertarik. Itu semua tergantung kelihaian dan kepiawaian dari masing-masing pasangan calon dalam mengeksposkan dirinya.

Awe tentu mengetahui betul apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan dari Nizar, begitu juga sebaliknya. Adu misi dan program akan mewarnai pertarungan kedua pasangan ini. Keseruan dan kejutan akan terjadi dikala kedua pasangan ini ditemukan dalam sebuah debat kandidat yang akan digelar pada masa kampanye nanti. Diharapkan dalam perdebatan tersebut betul-betul berkonsentrasi pada perkara-perkara yang substantif, bukan sebaliknya menjadi sebuah debat kusir.

Menariknya lagi adalah Awe dan Nizar pernah menjadi pasangan sebagai Bupati dan Wakil Bupati Lingga periode 2015-2020 yang lalu. Yang dulu berkawan kini menjadi lawan. Dua putra terbaik Lingga saling berhadapan, tentu ada yang menang dan ada yang kalah. Ada yang terpilih ada yang tidak. Menang dan kalah dua hal yang harus disikapi dengan bijak.

Menang jangan besar hati, kalah jangan berkecil hati.

Ikut sertanya Awe dalam kontestasi Pilkada kali ini, sepertinya ada sesuatu yang mengganjal dalam pemikirannya. Ada semacam kegelisahan dan kegundahan melihat keadaan Lingga saat ini. Boleh jadi ada visi misi dan program yang selama ini dicanangkan belum sempat terealisasi dengan baik.

Pasangan Nizar dan Neko yang diharapkan dapat meneruskan dan melanjutkan estapet kepempimpinan dalam membangun Lingga, tampaknya belum mampu membuat sosok Awe puas.Apa lagi ada rumor yang aromanya tidak sedap berkembang ditengah masyarakat, ketika Neko memutuskan mengundurkan diri ditengah jalan sebagai Wakil Bupati Lingga. 

Apapun alasannya, sebuah perhelatan Pilkada sebagai sarana suksesi pimpinan daerah, sejatinya memberikan angin segar kepada masyarakat. Ada perubahan paradigma untuk menghantarkan kesejahteraan dan keadilan bagi semua. Terciptanya kondisi daerah yang kondusif, tersedianya lapangan pekerjaan, sarana dan prasarana pendidikan yang baik, pelayanan kesehatan yang memadai, pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi yang signifikan, peran ASN sebagai public service semakin baik, serta penggunaan APBD yang efisien dan efektif. Adanya keselarasan hubungan antara eksekutif dan legislatif.

Kita berharap Pilkada Lingga kali ini dalam suasana kegembiraan dan keceriaan, penuh kekeluargaan dan keharmonisan. Jauh dari sifat dendam, caci maki apalagi menciptakan fitnah dan menyebarkan berita hoax.

Sesuai dengan prinsip Pemilu Luber dan Jurdil, pemilih bebas puntuk memilih sesuai dengan hati nuraninya, pemilih harus terbebas dari tekanan dan intimidasi. Netralitas ASN, penyelenggara Pemilu dan pihak keamanan harus benar-benar dapat terjaga dengan baik.

Siapapun yang memenangkan pertarungan ini, pada hakekatnya adalah memenangkan sebuah janji politik yang harus diimplementasikan dalam bentuk sebuah policy, yang mampu membawa pada tatanan yang lebih baik dan berkeadilan bagi masyarakat.

Mengakhiri goresan ini penulis mengutip sebuah artikel dari Koran Tempo dengan narasi bahwa pertarungan politik adalah untuk meraih kebijakan politik, seperti kata Peter Merkl, “Politics at its best is a noble quest for a good order and justice (Politik, pada bentuk terbaiknya, adalah pencarian yang mulia untuk tatanan yang baik dan keadilan),” atau justru sebaliknya, “Politics at its worst is a selfish grab for power, glory and riches (Politik pada tingkatan terburuk adalah upaya egois untuk meraih kekuasaan, kemuliaan, dan kekayaan).”

Pada akhirnya dari hasil sebuah pertarungan hanya waktu jualah yang akan membuktikan bagi pemenang untuk memilih bentuk mana yang akan direalisasikan.*

Segala cara ingin berkuasa

Alamat negeri akan binasa

Jika pemimpin sebarang berkuasa

Alamat rakyat hidup sengsara

Ape tande pemimpin berbudi luhur

Bile diberi amanah ienye jujur

Bile pemimpin sikapnya takabur

Alamat negeri akan terkubur

Bila pemimpin selalu bersyukur 

Negeri sentosa adil dan makmur .

Penulis : Zulyadin Ibnu Djamal

Mantan anggota KPU Lingga/Tokoh masyarakat Melayu Lingga.

banner 325x300
Baca juga :   Jangan Politisasi IMKL !!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *